Diluar
nampaknya hujan sedang hobi menginvasi bumi. Sedari tadi untaian airnya tak
juga terputus. Deras. Deras sekali. Jauh didalam suara gemuruhnya, terdengar
sayup-sayup suara rintihan yang tertahan. Tunggu.., ini bukan suara rintihan.
Ini suara tawa yang aneh. Sulit untuk dipastikan hingga aku sendiri merasa tak
yakin.
Hmm
kurasa ini lebih mirip dengan suara tangis yang berusaha disembunyikan dengan
tawa.
~~**~~
“Hahaha bisa aja. Ya
enggaklah hahaha.”
“Udaaah, ngaku aja.” Ejek
teman yang lain.
“Hahaha apaan sih
hahaha.”
Lalu diam. Lalu
tertawa lagi. Lalu diam lagi. Sebentar, kalau tidak salah, saat jeda diammu
barusan, apa kau mengatupkan rahangmu dengan erat? Apa kau menatap lurus kearah
laptop dengan tatapan tajam? Lalu mengapa saat kau tertawa, seketika ekspresi
anehmu itu hilang? Lalu muncul lagi saat kau terdiam dan begitu seterusnya. Ada
apa?
Tak mungkin yang
lain, kau pasti sedang menyembunyikan sesuatu. Ah, benar-benar penipu.
Bagaimana bisa kau berpura-pura sedang tidak terjadi apapun sedang didalammu
kau remuk. Look, you’re not that great.
Sudahlah aku tahu
kalau kau menyukainya bahkan sudah sejak lama.
Hahaha jangan
melihatku seperti itu. Aku mengamatimu, kau tahu? Semuanya. Salah satunya aku
mengamati bagaimana caramu mengajaknya bicara. Jika berhadapan, jarak kalian
tak pernah lebih dari dua jengkal!
Mungkin itu sebabnya kau selalu mengambil tempat duduk tepat sebaris di depan
atau dibelakangnya. Agar kau bisa berbicara dengan jarak yang lebih dekat
sambil menarik kursimu maju atau mendorongnya mundur. Dan itu cukup dengan alibi kalau kau
ingin membicarakan sesuatu yang penting dan rahasia. Huh iya kan?
Jadi percuma saja kau
sembunyikan. Biarkan saja semua yang ada didalam dirimu terrefleksikan keluar.
Bukankah melelahkan jika harus terus menerus membendung sesuatu yang ingin
keluar?
~~**~~
Suara air yang turun
tak lagi bergemuruh. Hanya tinggal gemerisik tetesan-tetesan tipis
yang jatuhnya bergandengan. Serta beberapa tetesan berbulir tebal yang menetes
dari penggiran genteng. Namun suara tawa yang aneh tadi masih terdengar. Ah, rupanya ia masih menangis dalam tawanya. Dasar penipu ulung.
0 Komentar Darimu:
Posting Komentar