Senin, 09 Desember 2013

Sekerat Wajah Tadi



Diluar nampaknya hujan sedang hobi menginvasi bumi. Sedari tadi untaian airnya tak juga terputus. Deras. Deras sekali. Jauh didalam suara gemuruhnya, terdengar sayup-sayup suara rintihan yang tertahan. Tunggu.., ini bukan suara rintihan. Ini suara tawa yang aneh. Sulit untuk dipastikan hingga aku sendiri merasa tak yakin.

Hmm kurasa ini lebih mirip dengan suara tangis yang berusaha disembunyikan dengan tawa. 

~~**~~

“Hahaha bisa aja. Ya enggaklah hahaha.”

“Udaaah, ngaku aja.” Ejek teman yang lain.

“Hahaha apaan sih hahaha.”

Lalu diam. Lalu tertawa lagi. Lalu diam lagi. Sebentar, kalau tidak salah, saat jeda diammu barusan, apa kau mengatupkan rahangmu dengan erat? Apa kau menatap lurus kearah laptop dengan tatapan tajam? Lalu mengapa saat kau tertawa, seketika ekspresi anehmu itu hilang? Lalu muncul lagi saat kau terdiam dan begitu seterusnya. Ada apa?

Tak mungkin yang lain, kau pasti sedang menyembunyikan sesuatu. Ah, benar-benar penipu. Bagaimana bisa kau berpura-pura sedang tidak terjadi apapun sedang didalammu kau remuk. Look, you’re not that great.

Sudahlah aku tahu kalau kau menyukainya bahkan sudah sejak lama.

Hahaha jangan melihatku seperti itu. Aku mengamatimu, kau tahu? Semuanya. Salah satunya aku mengamati bagaimana caramu mengajaknya bicara. Jika berhadapan, jarak kalian tak  pernah lebih dari dua jengkal! Mungkin itu sebabnya kau selalu mengambil tempat duduk tepat sebaris di depan atau dibelakangnya. Agar kau bisa berbicara dengan jarak yang lebih dekat sambil menarik kursimu maju atau mendorongnya mundur. Dan itu cukup dengan alibi kalau kau ingin membicarakan sesuatu yang penting dan rahasia. Huh iya kan?

Jadi percuma saja kau sembunyikan. Biarkan saja semua yang ada didalam dirimu terrefleksikan keluar. Bukankah melelahkan jika harus terus menerus membendung sesuatu yang ingin keluar?

~~**~~
Suara air yang turun tak lagi bergemuruh. Hanya tinggal gemerisik tetesan-tetesan tipis yang jatuhnya bergandengan. Serta beberapa tetesan berbulir tebal yang menetes dari penggiran genteng. Namun suara tawa yang aneh tadi masih terdengar. Ah, rupanya ia masih menangis dalam tawanya. Dasar penipu ulung.



0 Komentar Darimu:

Posting Komentar

 

Say yeah!! Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template